Search In Rshad's Blog

Rabu, 11 Maret 2009

Fog In Bandung

Pertamanya gw aneh banget liat kejadian ini, meskipun dulu pernah juga sih Bandung berkabut kaya sekarang2 ini. Cuman frekuensinya emang ngga sesering sekarang ini, ini udah hari ketiga Bandung berkabut.. dan makin hari makin tebel banget..

liat aja poto di bawah, ini diambil sengaja pas pulang dari solat subuh di mesjid..
sengaja gw bawa camdig gw n jpret2 kaya orang dari Discovery Channel..
ni poto diambil deket2 rumah, pengennya sih tadi ngambil pas pagi2nya, tapi karena lagi hectic ngurus wisuda jadi g sempet jpret2..



liat kan kabutnya tebel banget..
biasanya kalo bandung berkabut g setebel itu, setelah googling2 tentang masalah ini.. dapet juga di koran PR..

--Pikiran Rakyat--

Suhu Kota Bandung saat ini diperkirakan berkisar 18-29°C. Langit cukup berawan dengan tingkat kelembapan udara mencapai 54% -92%.

Kabut terbentuk ketika uap lembap meninggalkan udara dan terjadi proses kondensasi (mengembun). Suhu udara menjadi dingin sampai di bawah titik embun (titik jenuh udara), maka kabut mulai terbentuk. Partikel-partikel kabut berdiameter lebih kecil dari 0,001 mm.

Hanya uap air yang berada dekat permukaan tanah yang berkondensasi menjadi kabut. Hal ini biasanya terbentuk karena hawa dingin membuat uap air berkondensasi dan kadar kelembapan mendekati 100%.

Syarat berikutnya untuk terbentuknya kabut yaitu udara yang sejuk bercampur dengan udara yang lebih hangat sebagai akibat dari aliran udara. Jika aliran udara rendah, proses pendinginan hanya berlangsung di dekat permukaan tanah dan membentuk embun. Saat aliran udara meningkat dengan pesat, proses pendinginan berlangsung di tempat yang tinggi dan membentuk awan.

Kabut akan hilang ketika suhu udara meningkat dan kemampuan udara menahan uap air bertambah. "Ketika matahari sudah meninggi, kabut akan menguap dan memudar dengan sendirinya," ungkap Hendri.

Tidak hanya akibat aliran udara yang sepoi-sepoi, kabut juga dapat terbentuk dari uap air yang berasal dari tanah yang lembap, tanaman, sungai, danau, dan lautan. Uap air berkembang dan menjadi dingin ketika naik ke udara.

Udara dapat menahan uap air hanya dalam jumlah tertentu pada suhu tertentu. Udara pada suhu 30º C dapat mengandung uap air sebanyak 30 gr uap air per m3, maka udara itu mengandung jumlah maksimum uap air yang dapat ditahannya. Volume yang sama pada suhu 20º C udara hanya dapat menahan 17 gr uap air.

Selasa, 10 Maret 2009

10 Danau Teridah Di Dunia

wow, ini baru postingan tentang keindahan dunia tempat kita tinggal..
tentang danau-danau terindah di dunia..

i like to vist 1 of them in my life.. for sure..

-Baikal Lake-



Coordinates 53°30′N 108°12′E / 53.5°N 108.2°E / 53.5; 108.2Coordinates: 53°30′N 108°12′E / 53.5°N 108.2°E / 53.5; 108.2
Lake type Continental rift lake
Primary inflows Selenga, Chikoy, Khilok, Uda, Barguzin, Upper Angara
Primary outflows Angara
Catchment area 560,000 km2 (216,000 sq mi)
Basin countries Russia

Max. length 636 km (395 mi)
Max. width 79 km (49 mi)
Surface area 31,494 km2 (12,160 sq mi)
Average depth 758 m (2,490 ft)
Max. depth 1,637 m (5,370 ft)
Water volume 23,600 km3 (5,700 cu mi)
Residence time (of lake water) 350 years[citation needed]
Shore length1 2,100 km (1,300 mi)
Surface elevation 456 m (1,496 ft)

Frozen January–May
Islands 22 (Olkhon)
Settlements Irkutsk

-Five Flower Lake-


Location Sichuan, China
Nearest city Songpan
Coordinates 33°13′0″N 103°55′0″E / 33.21667°N 103.91667°E / 33.21667; 103.91667Coordinates: 33°13′0″N 103°55′0″E / 33.21667°N 103.91667°E / 33.21667; 103.91667
Area 600 to 720 km²
Established 1978
Visitors 1,190,000 (in 2002)
Governing body Sichuan Provincial Commission for Construction

-Dead Sea-


Coordinates 31°20′N 35°30′E / 31.333°N 35.5°E / 31.333; 35.5Coordinates: 31°20′N 35°30′E / 31.333°N 35.5°E / 31.333; 35.5
Lake type endorheic
hypersaline
Primary inflows Jordan River
Primary outflows none
Catchment area 41,650 km2 (16,080 sq mi)
Basin countries Jordan
Israel
West Bank

Max. length 67 km (42 mi)
Max. width 18 km (11 mi)
Surface area 810 km2 (310 sq mi)
North Basin
Average depth 118 m (387 ft)
Max. depth 378 m (1,240 ft)
Water volume 147 km3 (35 cu mi)
Shore length1 135 km (84 mi)
Surface elevation −422 m (−1,385 ft)

-Laguna Colorada / Red Lagoon-



Location Potosí, Bolivia
Coordinates 22°11′55″S 67°46′52″W / 22.19861°S 67.78111°W / -22.19861; -67.78111Coordinates: 22°11′55″S 67°46′52″W / 22.19861°S 67.78111°W / -22.19861; -67.78111
Lake type salt lake
Basin countries Bolivia

Max. length 10.7 km
Max. width 9.6 km
Surface area 60 km²
Average depth 35 cm
Max. depth 1.5 m
Shore length1 35 km
Surface elevation 4,278 m
-Boiling Lake-


Coordinates 15°19′06″N 61°17′39″W / 15.31833°N 61.29417°W / 15.31833; -61.29417Coordinates: 15°19′06″N 61°17′39″W / 15.31833°N 61.29417°W / 15.31833; -61.29417
Lake type flooded fumarole
Basin countries Dominica

Max. length c. 60 m
Max. width c. 60 m
Surface elevation 800 m

-Plitvice Lakes-




State Party Croatia
Type Natural
Criteria vii, viii, ix
Reference 98
Region** Europe and North America
Inscription history
Inscription 1979 (3rd Session)
Extensions 2000
Endangered 1992-1997


Ayo mulai kumpulin duit..
n see everything that Allah made for Us..

Senin, 09 Maret 2009

SPACE for Social Intelligence

diambil dari strategimanajemen.net

sbenernya ni situs langganan yang sering banget di baca kalo lagi senggang, dan kadangkala jadi sumber inspirasi juga buat ngerti manajemen secara practical...

dijelasin dalam buku "The New Science of Success by Karl Albrecht" ada lima dimensi yang membuat seseorang dapat disukai oleh orang lain, atau dalam arti kata lain Social Intelligence.
Albert mengatakan ilmunya ada dalam SPACE. Berikut penjelasannya:

1. Spiritual Awareness
Makna dari kesadaran ini adalah sebuah kehendak untuk bisa memahami dan peka akan kebutuhan serta hak orang lain. Orang yang tanpa rasa dosa mengeluarkan gas di lift yang penuh sesak itu pastilah bukan tipe orang yang paham akan makna kesadaran situasional. Demikian juga orang yang merokok di ruang ber AC atau yang merokok di ruang terbuka dan menghembuskan asap secara serampangan pada semua orang disekitarnya.

2. Presence
Bagaimana etika penampilan Anda, tutur kata dan sapa yang Anda bentangkan, gerak tubuh ketika bicara dan mendengarkan adalah sejumlah aspek yang tercakup dalam elemen ini. Setiap orang pasti akan meninggalkan impresi yang berlainan tentang mutu presense yang dihadirkannya. Anda mungkin bisa mengingat siapa rekan atau atasan Anda yang memiliki kualitas presense yang baik dan mana yang buruk.

3. Authenticity
sinyal dari perilaku kita yang akan membuat orang lain menilai kita sebagai orang yang layak dipercaya (trusted), jujur, terbuka, dan mampu menghadirkan sejumput ketulusan. Elemen ini amat penting sebab hanya dengan aspek inilah kita bisa membentangkan berjejak relasi yang mulia nan bermartabat.

4. Clarity
Aspek ini menjelaskan sejauh mana kita dibekali kemampuan untuk menyampaikan gagasan dan ide kita secara renyah nan persuasif sehingga orang lain bisa menerimanya dengan tangan terbuka. Acap kita memiliki gagasan yang baik, namun gagal mengkomunikasikannya secara cantik sehingga atasan atau rekan kerja kita ndak berhasil diyakinkan. Kecerdasan sosial yang produktif barangkali memang hanya akan bisa dibangun dengan indah manakala kita mampu mengartikulasikan segenap pemikiran kita dengan penuh kejernihan dan kebeningan. (Saya sendiri sudah pernah mengulas teknis mengartikulasikan gagasan secara efektif ini, dan ulasannya bisa dibaca disini).

5. Empathy
Aspek ini merujuk pada sejauh mana kita bisa berempati pada pandangan dan gagasan orang lain. Dan juga sejauh mana kita memiliki ketrampilan untuk bisa mendengarkan dan memahami maksud pemikiran orang lain. Kita barangkali akan bisa merajut sebuah jalinan relasi yang guyub dan meaningful kalau saja kita semua selalu dibekali dengan rasa empati yang kuat terhadap sesama rekan kita.

Model Bisnis Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Universal di Indonesia

entri ini juga sebenernya udah lama banget.. hampir setaun lalu pas masih aktif jadi ass lab di kampus, harusnya sih diposting pas udah jadi..
tapi entah knapa, ko ya otak gw ini baru ingetnya sekarang.. ya sudah apa boleh buat.. mumpung lagi inget postingnya..

mudah2an juga bisa membantu temen2 yang lagi penelitian ato sekedar cari2 pengetahuan via internet..


Model Bisnis Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Universal di Indonesia

Farda Hasun, Budi Praptono, Husni Amani, M. Ersyad Hilmi
frd@ittelkom.ac.id, bpt@ittelkom.ac.id, ham@ittelkom.ac.id, peace_in_my_earth@yahoo.com
Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Telkom, Bandung

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mempersempit kesenjangan dijital adalah membangun infrastruktur telekomunikasi pedesaan melalui kebijakan Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) atau Universal Service Obligation (USO). Penelitian ini memetakan model bisnis pelaksanaan KPU di Indonesia saat ini, dan kemudian menganalisisnya untuk dapat mengidentifikasi penelitian-penelitian lanjutan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki model bisnis KPU untuk mencapai masyarakat cerdas Indonesia. Secara umum, model bisnis yang ada saat ini sudah cukup baik. Meski secara umum mekanisme sudah cukup baik, namun terlihat jelas bahwa model bisnis saat ini masih terpusat pada model bisnis guna membangun sambungan telepon bagi desa-desa yang belum terhubung dengan fasilitas telepon. Mengacu pada perkembangan di negara lain dan juga mengacu pada peran yang dapat dilakukan oleh teknologi infokom dalam mengurangi kemiskinan, maka perlu ada strategi dan program nasional yang terkoordinasi guna memanfaatkan teknologi infokom untuk mengurangi kemiskinan yang melibatkan komponen-komponen masyarakat, dengan menggunakan semaksimal mungkin teknologi yang cost effective. Di sini diperlukan model bisnis yang menarik bagi setiap pihak yang terlibat. Beberapa penelitian lanjutan yang dapat dilakukan untuk mengimplementasikan itu semua adalah pemetaan karakteristik dan potensi wilayah KPU, pendefinisian kebutuhan tiap wilayah, desain program yang kontekstual dengan kondisi dan kebutuhan wilayah, dan desain sistem infrastruktur infokom beserta konten dan aplikasi serta sistem pendukung untuk menunjang program yang dikembangkan. Juga perlu diidentifikasi sumber pendanaan serta pengembangan model bisnis yang menarik. Di sisi lain, perlu juga dilakukan penelitian guna meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia, serta penelitian guna mengidentifikasi kebijakan apa yang diperlukan untuk mempercepat terwujudnya masyarakat Indonesia cerdas.


Kata kunci : Model Bisnis, Kewajiban Pelayanan Universal, Indonesia


1. Pendahuluan

Salah satu isu yang perlu dipecahkan dalam menuju masyarakat Indonesia cerdas adalah mempersempit kesenjangan dijital. Kesenjangan dijital adalah kesenjangan antara kelompok yang dapat mengambil benefit dari teknologi dijital dengan kelompok yang tidak mampu mengambil benefit dari teknologi tersebut [21]. Fakta yang ada, saat ini kesenjangan dijital cenderung semakin melebar.

Ada banyak cara yang perlu ditempuh dan banyak pihak yang perlu terlibat dalam upaya ini. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah membangun infrastruktur telekomunikasi perdesaan melalui kebijakan Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) atau Universal Service Obligation (USO).

Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa memperkecil kesenjangan dijital bukan hanya memberi akses terhadap fasilitas TIK, tetapi lebih pada bagaimana membuat masyarakat mampu mengambil benefit dari TIK untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Manfaat program KPU bagi masyarakat masih dalam pertanyaan. Dari data yang ada, diketahui bahwa sekitar 30 % fasilitas komunikasi yang dibangun dengan dana KPU tidak lagi dipergunakan sejak habisnya voucher.

Dari fakta tersebut ada gejala bahwa pelaksanaan program KPU saat ini lebih berorientasi pada membangun fasilitas telekomunikasi, sementara keberlangsungan dan pengambilan manfaat oleh masyarakat dari program ini masih belum menjadi perhatian. Merujuk pada hal ini, maka perlu dilakukan evaluasi atas kebijakan dan pelaksanaan program KPU di Indonesia.
Penelitian ini akan memetakan model bisnis pelaksanaan KPU di Indonesia saat ini, dan kemudian menganalisisnya untuk dapat mengidentifikasi penelitian-penelitian lanjutan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki model bisnis KPU untuk mencapai masyarakat cerdas Indonesia.

Berkaitan dengan pemetaan model bisnis pelaksanaan KPU, maka aspek-aspek yang akan dipetakan adalah sebagai berikut:
• Siapa prioritas sasaran penyelenggaraan program KPU?
• Layanan apa yang disediakan melalui program KPU dan bagaimana tipe aksesnya?
• Bagaimana tingkat/kualitas layanan program KPU?
• Bagaimana harga layanan KPU?
• Teknologi apa yang digunakan dalam layanan KPU?
• Pihak mana saja yang perlu atau dapat dilibatkan dalam program KPU dan bagaimana fungsi masing-masing pihak?
• Bagaimana prinsip perhitungan biaya penyelenggaraan program KPU?
• Bagaimana mekanisme pendanaan KPU dan bagaimana mekanisme penyaluran dana tersebut?

2. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah studi literatur mengenai pelaksanaan KPU di Indonesia. Gambaran mengenai model bisnis pelaksanaan KPU di Indonesia saat ini diperoleh melalui peraturan-peraturan yang ada, baik di tingkat Undang-undang, Peraturan Pemerintah hingga Peraturan Menteri, dan juga dari berita-berita mengenai pelaksanaan KPU, baik berupa pelaksanaan lelang maupun kejadian lain. Dari peraturan-peraturan dan berita-berita ini kemudian dapat disusun model bisnis pelaksanaan KPU di Indonesia saat ini.
Model bisnis yang ada ini kemudian dianalisis dengan menggunakan kerangka tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan kebijakan KPU dan hasil benchmark dari beberapa negara lain dalam melaksanakan KPU.

3. Definisi, Tujuan dan Mekanisme Kebijakan KPU

Dalam pembahasan mengenai KPU, dikenal ada dua terminologi, yaitu akses universal (universal access) dan layanan universal (universal service). Kebijakan layanan universal terpusat pada upaya meningkatkan ketersediaan koneksi ke jaringan telekomunikasi publik dari setiap rumah tangga. Sedangkan kebijakan akses universal terpusat pada upaya menyediakan akses bagi setiap individu ke fasilitas telekomunikasi umum. Akses universal dapat disediakan melalui telepon umum, telecenter, warnet, dan lain-lain.

Tujuan dari KPU adalah memperluas dan memelihara ketersediaan layanan telekomunikasi yang terjangkau bagi publik yang selama ini masih underserved. Yang termasuk dalam kelompok underserved adalah masyarakat yang berada di daerah yang merupakan wilayah berbiaya telekomunikasi tinggi, atau masyarakat yang berpenghasilan rendah.

KPU bagi kelompok ini perlu dilakukan, dengan tujuan utamanya umumnya adalah sebagai berikut:
• Agar terwujud partisipasi penuh dari masyarakat abad 21
• Untuk meningkatkan persatuan politik, ekonomi dan budaya nasional
• Untuk meningkatkan perkembangan ekonomi
• Untuk mendorong distribusi penduduk yang lebih seimbang
• Untuk mengurangi disparitas antara daerah kota dan pedesaan.

Definisi operasional dari universalitas berbeda di setiap negara, meski secara umum ada beberapa pola tertentu. Di beberapa negara, definisi universalitas merupakan bagian dari rencana pembangunan telekomunikasi nasional. Definisi tersebut umumnya mencakup dua aspek, yakni aspek tipe akses (akses universal yang bersifat publik atau layanan universal yang bersifat individual) dan aspek tipe layanan (apakah layanan PSTN saja atau juga termasuk layanan internet dan layanan lain). Definisi tersebut seringkali juga mencakup target tanggal dan tingkat layanan (service level). Definisi KPU dibuat umumnya dengan mempertimbangkan tingkat pendapatan nasional, distribusi pendapatan nasional, dan juga distribusi populasi. Beberapa contoh definisi universalitas dapat dilihat di tabel 1.

Tabel 1. Definisi KPU di Beberapa Negara [1]
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Negara / Kebijakan Akses Universal / Kewajiban Operator
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Bhutan / Satu telepon tiap desa / Tidak ada kewajiban

Cuba / Akses telekomunikasi ke setiap desa atau ke setiap komunitas yang lebih dari 500 orang / Lisensi mendorong pada akhir tahun ke 8 semua desa dengan penduduk lebih dari 500 orang sudah memiliki akses

Zambia / Telepon di setiap wilayah publik (sekolah, klinik) / Tidak ada kewajiban

Pakistan / Satu telepon tiap desa / Tidak ada kewajiban
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Mengenai mekanisme, ada beberapa mekanisme yang umum digunakan untuk mewujudkan KPU, yaitu:
• Reformasi pasar, terutama privatisasi, kompetisi dan cost-based pricing
• Kewajiban Layanan Mandatorial, merupakan kewajiban yang dimasukkan dalam lisensi.
• Subsidi silang antar jasa yang disediakan oleh operator incumbent. Umumnya di sini layanan dengan marjin keuntungan yang tinggi mensubsidi layanan yang tidak menguntungkan.
• Access Deficit Charge, merupakan dana yang dibayar oleh operator telekomunikasi kepada operator incumbent.
• Universality Fund, yaitu dana yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan digunakan untuk mendanai implementasi program KPU.
Mekanisme di atas tidak bersifat mutually exclusive, dalam artian suatu negara dapat saja menggunakan beberapa cara untuk mengimplementasikan KPU. Untuk memilih metoda mana yang akan digunakan, maka digunakan beberapa kriteria, yakni:
• Kesesuaian dengan aturan perdagangan internasional
• Efisiensi ekonomis
• Pertimbangan politik

Umumnya mekanisme universality fund dipandang sebagai pilihan terbaik dalam mencapai tujuan KPU. Dengan mekanisme ini, dana dikumpulkan dari berbagai sumber dan kemudian dimanfaatkan untuk mensubsidi program-program yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan KPU. Sumber dana yang digunakan antara lain:
• Pendanaan dari anggaran pemerintah
• Kontribusi dari sebagian pendapatan operator
• Hasil dari privatisasi, lelang frekuensi, atau pembayaran lisensi
• Dibebankan pada konsumen dan dikumpulkan oleh operator
• Dana bantuan internasional.

Untuk menentukan mekanisme pengumpulan dana terbaik, digunakan kriteria sebagai berikut:
• Efisiensi ekonomi
• Efisiensi administratif
• Keberlanjutan. Mekanisme berdasar pendapatan operator menyediakan ukuran yang relatif konstan.
• Keadilan.

Mengenai besarnya subsidi, ada dua cara untuk menentukannya. Yang pertama adalah dengan membuat estimasi biaya untuk mengadakan layanan KPU. Pendekatan yang kedua adalah membiarkan pasar menentukan jumlah subsidi yang dibutuhkan melalui mekanisme lelang terbuka.

4. Model Bisnis KPU di Indonesia

Di Indonesia ada beberapa peraturan perundangan yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Universal. Peraturan-peraturan perundangan tersebut adalah:
1. UU Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, pasal 16
2. PP Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi bagian kelima (pasal 26 – 31)
3. Peraturan Menteri Kominfo Nomor 11/PER/M.KOMINFO/04/2007 tentang Penyediaan Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi
4. Peraturan Menteri Kominfo Nomor 38/PER/M.KOMINFO/09/2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kominfo Nomor 11/PER/M.KOMINFO/04/2007 tentang Penyediaan Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi
5. Keputusan Menteri Kominfo Nomor 145/KEP/M.KOMINFO/04/2007 tentang Penetapan Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi
6. Peraturan Menteri Kominfo Nomor 35/PER/M.KOMINFO/11/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan
7. Peraturan Menteri Kominfo Nomor 34/PER/M.KOMINFO/11/2006 tentang Standar Pelayanan Minimal Balai Satuan Kerja Sementara Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan
8. Peraturan Menteri Kominfo Nomor 05/PER/M.KOMINFO/2/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif atas Jenis Penerimaan negara Bukan Pajak dari Kontribusi Kewajiabn Pelayanan Universal Telekomunikasi / Universal Service Obligation
9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1006/KMK.05/2006 tentang Penetapan Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan pada Departemen Komunikasi dan Informatika Sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Mengacu pada elemen-elemen model bisnis seperti yang telah didefinisikan bagian pendahuluan, gambaran dari masing-masing elemen model bisnis tersebut adalah seperti yang akan diuraikan pada sub-sub bagian berikut.

4.3.1. Siapa prioritas sasaran penyelenggaraan program KPU?

Sasaran penyelenggaraan KPU adalah wilayah yang belum terjangkau fasilitas jaringan dan atau jasa telekomunikasi seperti daerah tertinggal, daerah terpencil, daerah perintisan atau daerah perbatasan serta daerah yang tidak layak secara ekonomis. Penetapan wilayah ini dilaksanakan setelah berkoordinasi dengan instansi terkait dan atau mempertimbangkan masukan dari masyarakat, dan dievaluasi sesuai dengan perkembangan wilayah tersebut.

4.3.2. Layanan apa yang disediakan melalui program KPU dan bagaimana tipe aksesnya?

Penyediaan KPU telekomunikasi berupa penyediaan akses dan layanan telekomunikasi 24 jam sehari di WPUT. Penyediaan KPU telekomunikasi harus dapat memberikan layanan jasa teleponi dasar untuk umum dengan layanan panggilan lokal, SLJJ, SLI dan panggilan ke layanan jaringan bergerak, dengan kemampuan memanggil dan dipanggil serta berinterkoneksi dengan penyelenggara telekomunikasi lainnya, dan juga dapat digunakan untuk menghubungi pelayanan darurat. Selanjutnya layanan ini harus dapat dikembangkan ke tahap penyediaan layanan jasa multimedia dan layanan telekomunikasi berbasis informasi lainnya.
Dari sisi tipe akses, dinyatakan bahwa penyediaan KPU telekomunikasi merupakan penyediaan layanan telekomunikasi berbasis komunal.

4.3.3. Bagaimana tingkat/kualitas layanan program KPU?

Pelaksana penyedia wajib melaksanakan penyediaan KPU telekomunikasi berdasarkan tingkat kualitas layanan sebagaimana yang ditetapkan dalam kontrak. Direktur Jenderal melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan pelayanan KPU telekomunikasi secara berkala berdasarkan tingkat kualitas layanan. Untuk melaksanakan pengawasan tersebut, Direktur Jenderal dapat melimpahkan kewenangan pengawasan dan pengendalian kepada BTIP.

4.3.4. Bagaimana harga layanan KPU?

Berkaitan dengan harga layanan, dalam peraturan ini ditetapkan bahwa pelaksana penyedia wajib memberlakukan tarif layanan jasa teleponi dasar maksimal sesuai dengan tarif yang ditetapkan oleh penyelenggara jaringan tetap lokal dominan.

4.3.5. Teknologi apa yang digunakan dalam layanan KPU?

Dari sisi teknologi tidak ada ketentuan untuk menggunakan suatu teknologi tertentu, tetapi ada ketentuan bahwa dalam penyediaan jaringan, harus digunakan alat atau perangkat yang telah mendapatkan sertifikat perangkat dari Direktur Jenderal.

4.3.6. Pihak mana saja yang perlu atau dapat dilibatkan dalam program KPU dan bagaimana fungsi masing-masing pihak?

Mengenai pihak-pihak yang terlibat, maka penyelenggaraan KPU melibatkan beberapa pihak sebagai berikut:
• Penyelenggara jaringan telekomunikasi dan/atau jasa telekomunikasi, yang merupakan pihak yang diwajibkan untuk memberi kontribusi KPU sebagai sumber dana penyelenggaraan KPU
• Pelaksana penyedia, yang berfungsi sebagai penyedia akses dan layanan telekomunikasi di Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT).
• Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan yang selanjutnya disebut BTIP, merupakan Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi yang mengelola dana Kontribusi KPU dan mengorganisir pelaksanaan KPU di Indonesia
• Kelompok masyarakat atau badan usaha lain, yang dapat dilibatkan dalam penyediaan KPU telekomunikasi oleh pelaksana penyedia guna menjaga kesinambungan layanan.

4.3.7. Bagaimana Prinsip Perhitungan Biaya Penyelenggaraan Program KPU?

Tidak ada ketentuan rinci mengenai biaya ataupun cara penetapan biaya guna pelaksanaan KPU. Namun demikian, faktor biaya merupakan salah satu parameter penilaian dalam lelang umum penyediaan KPU telekomunikasi.

4.3.8. Bagaimana Mekanisme Pendanaan KPU dan Bagaimana Mekanisme Penyaluran Dana Tersebut?

Dana KPU diperoleh dari Kontribusi KPU yang wajib dibayarkan oleh setiap penyelenggara jaringan dan/atau jasa telekomunikasi, berupa 0,75% dari pendapatan kotor setiap tahun buku yang dibayarkan per tri wulan (Pasal 13 Permen Kominfo no 15/PER/M.KOMINFO/9/2005 : Kontribusi USO 0,75 % dari pendapatan kotor penyelenggara telekomunikasi per tahun buku efektif yang diberlakukan terhitung sejak bulan Januari 2005).
Perhitungan KKPU dilakukan berdasarkan perhitungan sendiri oleh penyelenggara, dan akan dicocokkan dengan perhitungan BTIP berdasarkan laporan keuangan tahunan. Dana ini disetorkan ke kas BTIP PPK-BLU melalui Rekening Kepala BTIP Ditjen Postel. BTIP sendiri harus bekerja dengan memenuhi standar pelayanan minimal yang ditetapkan dengan peraturan menteri, di mana monitoring dan evaluasi atas penerapan SPM dilakukan oleh Direktur Jenderal.

Penyaluran dana dilakukan melalui lelang terbuka. Parameter yang diperhatikan dalam penilaian peserta lelang adalah:
• biaya penyediaan layanan;
• pengoperasian dan pemeliharaan;
• tarif layanan;
• penyediaan interkoneksi layanan;
• jenis layanan minimal;
• penggunaan produk dalam negeri.

Dana KKPU hanya dapat digunakan untuk penyediaan akses, sedangkan untuk layanan telekomunikasi merupakan layanan berbayar. Seluruh pendapatan dari hasil penyediaan layanan KPU menjadi milik penyelenggara.

5. Contoh dari Negara Lain

Salah satu cerita sukses di India adalah kasus ITC e-Choupal, bisnis besar yang melibatkan petani berlahan sempit di pedesaan. ITC International Business Division, salah satu eksportir komoditi pertanian terbesar di India, telah mengembangkan e-Choupal, yaitu suatu sistem rantai pasok yang lebih efisien dalam mendeliver nilai bagi konsumen di seluruh dunia secara berkesinambungan. E-choupal, yang merupakan sebuah kios internet, menyediakan akses informasi dalam bahasa lokal bagi komunitas pertanian, yang meliputi informasi mengenai cuaca, harga komoditi, dan juga menyebarluaskan pengetahuan mengenai praktek-praktek pertanian yang baik serta manajemen resiko, serta memfasilitasi penjualan input untuk melaksanakan produksi di bidang pertanian (sekarang dilengkapi dengan pengetahuan praktis) dan pembelian hasil pertanian dari petani tangan pertama (pengambilan keputusan sekarang dilakukan secara information-based). E-Choupal pada akhir 2005 dapat mencapai 3,1 juta petani di 31.000 desa di enam state (Madhya Pradesh, Karnataka, Andhra Pradesh, Uttar Pradesh, Maharashtra and Rajasthan), dan mencakup komoditi pertanian seperti kedelai, kopi, gandum, beras, dan lain-lain.

Model-model sejenis dengan contoh yang telah diuraikan sebelumnya juga dilakukan di negara-negara lain, seperti Ekuador, Bolivia, dan lain-lain. Di Ekuador, kerjasama antara pemerintah dan swasta serta organisasi lembaga swadaya masyarakat telah mengembangkan proyek portal informasi nasional untuk pertanian, pendidikan, lingkungan dan e-government. Di Bolivia, kemitraan antara Kementerian Pertanian dan organisasi petani nasional serta lembaga swadaya masyarakat, mengembangkan akses informasi harga komoditi, tren pasar, teknik produksi dan teknik pemasaran

6. Analisis atas Model Bisnis KPU Saat Ini

Secara umum, model bisnis yang ada saat ini sudah cukup baik. Mekanisme yang digunakan adalah universality fund, yang dipandang sebagai pilihan terbaik dalam mencapai tujuan KPU, dengan dana KKPU besarnya dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari pendapatan kotor penyelenggara telekomunikasi setiap tahun buku sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Mekanisme ini relatif terbaik jika dilihat dari kriteria-kriteria efisiensi ekonomi, administrasi, keberlanjutan dan keadilan.

Untuk menentukan jumlah subsidi, saat ini pemerintah membiarkan pasar yang menentukan jumlah subsidi melalui mekanisme lelang terbuka dan juga membuat estimasi biaya agar dapat menentukan jumlah subsidi maksimum yang dapat disediakan untuk suatu proyek.
Untuk mengatasi potensi bad governance, dibentuk BTIP dan juga ditetapkan standar pelayanan minimalnya. Namun demikian, standar pelayanan minimal ini masih perlu disempurnakan, terutama mengenai tolok ukur indikator layanannya.

Selain itu, di Indonesia ada indikasi masalah dalam proses pelelangan, terbukti dari mundurnya banyak peserta sebelum tanggal penentuan pemenang, dengan keluhan umum berupa beratnya persyaratan tender. Perlu diupayakan proses administrasi yang lebih mudah
Meski secara umum mekanisme sudah cukup baik, namun terlihat jelas bahwa model bisnis saat ini masih terpusat pada model bisnis guna membangun sambungan telepon bagi desa-desa yang belum terhubung dengan fasilitas telepon. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan telekomunikasi hingga tahun 2009.

Mengacu pada perkembangan di negara lain dan juga mengacu pada peran yang dapat dilakukan oleh teknologi infokom dalam mengurangi kemiskinan, maka perlu diupayakan peningkatan peran teknologi infokom bagi masyarakat. Perlu ada strategi dan program nasional yang terkoordinasi baik guna memanfaatkan teknologi infokom untuk mengurangi kemiskinan yang melibatkan komponen pemda, operator, lembaga keuangan, LSM dan perguruan tinggi serta Pusat-pusat kegiatan Belajar Masyarakat, dengan menggunakan semaksimal mungkin teknologi yang cost effective.

Berkaitan dengan pihak-pihak yang terlibat, perlu keterlibatan aktif dari pemerintah daerah dan juga lembaga swadaya masyarakat dan organisasi kemasyarakatan lain, termasuk organisasi bisnis, guna mempercepat pencapaian Masyarakat Indonesia Cerdas. Di sini diperlukan model bisnis yang menarik bagi setiap pihak yang terlibat.

7. Identifikasi Penelitian Lanjutan

Dari uraian di atas, maka ada beberapa penelitian lanjutan yang dapat diidentifikasi, yaitu:
1. Identifikasi, klasifikasi, serta pemetaan karakteristik dan potensi wilayah KPU untuk layanan berbasis informasi, baik untuk skala lokal maupun nasional. Intinya di sini adalah perlu dilakukan pemetaan potensi ekonomi tiap wilayah. Untuk pembangunan layanan berbasis informasi, perlu didahulukan wilayah yang lebih potensial untuk dikembangkan, sehingga benefit dari layanan akan lebih tinggi. Tentunya skala penelitian ini disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas lembaga maupun personil peneliti

2. Setelah dilakukan pemetaan potensi ekonomi tiap wilayah, maka untuk tiap wilayah atau kelompok wilayah, perlu dilakukan:
• Pendefinisian kebutuhan tiap wilayah
• Desain program yang kontekstual dengan kondisi dan kebutuhan wilayah, sehingga dapat menciptakan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan e-choupal di India dapat menjadi salah satu acuan dalam pengembangan program
• Desain sistem infrastruktur infokom, konten dan aplikasi serta sistem pendukung untuk menunjang program yang dikembangkan. Sedapat mungkin gunakan teknologi yang cost effective

3. Identifikasi sumber pendanaan, terutama pendanaan domestik, termasuk pemerintah daerah, dan kembangkan model bisnis yang menarik

4. Lakukan penelitian atas tingkat kapabilitas sumber daya manusia yang ada saat ini dan pendidikan serta pelatihan seperti apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia tersebut agar dapat menjalankan dan mengembangkan sistem yang dibangun

5. Identifikasi kebijakan apa yang diperlukan untuk mempercepat terwujudnya masyarakat Indonesia cerdas.


8. Referensi

[1] Tetrault, McCarthy, dan Intven, Hank, editors, 2000, “Telecommunications Regulation Handbook”, InfoDev
[2] Eisenmann, Thomas R, “Internet Business Model”
[3] UU Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi
[4] PP Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi
[5] Peraturan Menteri Kominfo Nomor 11/PER/M.KOMINFO/04/2007 tentang Penyediaan Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi
[6] Peraturan Menteri Kominfo Nomor 38/PER/M.KOMINFO/09/2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kominfo Nomor 11/PER/M.KOMINFO/04/2007 tentang Penyediaan Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi
[7] Keputusan Menteri Kominfo Nomor 145/KEP/M.KOMINFO/04/2007 tentang Penetapan Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi
[8] Peraturan Menteri Kominfo Nomor 35/PER/M.KOMINFO/11/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan

[9] Peraturan Menteri Kominfo Nomor 34/PER/M.KOMINFO/11/2006 tentang Standar Pelayanan Minimal Balai Satuan Kerja Sementara Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan
[10] Peraturan Menteri Kominfo Nomor 05/PER/M.KOMINFO/2/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif atas Jenis Penerimaan negara Bukan Pajak dari Kontribusi Kewajiabn Pelayanan Universal Telekomunikasi / Universal Service Obligation
[11] Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1006/KMK.05/2006 tentang Penetapan Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan pada Departemen Komunikasi dan Informatika Sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
[12] Malaysia Communications and Multimedia Act 2002
[13] Heuermann, Arnulf, ”Financing Telecommunications Infrastructure for E-Learning Project”, Detecon International GmbH
[14] Intelecon Research, 2004, ”Universal Access Funds”
[15] Cohen, Nevin, 2001, “What Works: Grameen Telecom’s Village Phones”, World Resource Institute
[16] The Task Force on Financial Mechanisms for ICT for Development , 2004, “The Report of The Task Force on Financial Mechanisms for ICT for Development : A Review of Trends and an Analysis of Gaps and Promising Practices”, UNDP
[17] Dossani, Rafiq & Misra, D.C. & Jhaveri, Roma, 2005, “Enabling ICT for Rural India”, Asia Pacific Research Center, Stanford University
[18] Langi, Armeijn Z.R., 2007, “A Rural Next Generation Network and Its Testbed”, ITB J.ICT Vol 1 C, No. 1
[19] Hardjono, Agung, et.al., 2005, “Strategi Mengurangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi”, Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB
[20] Michel, Louis, 2005, “Financing ICT for Development: the EU Approach”, European Commission
[21] www.itu.int/ITU-D/digitaldivide

[22] www.depkominfo.go.id

TA.. oh TA

haha.. perjuangan panjang selama 4,5 taun akhirnya berakhir sudah..
ni jurnal penelitian, yang membuat kelulusanku tertunda..
mudah2an bermanfaat bagi yang membacanya..

PENGEMBANGAN PROGRAM KOMUNIKASI PEMASARAN INDOSAT I-RING
DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP
INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION (IMC)
(STUDI KASUS INDOSAT CABANG BANDUNG)

Muhammad Ersyad Hilmi; Wiyono, Ir., MT.; Muhamad Syolihin, Ssi.
E-mail : hilmi.rshad@gmail.com, wiy@ittelkom.ac.id
Institut Teknologi Telkom Bandung

In maintaining the cellular services market, Indosat not only faced competition of the main product. Services such as VAS, remains bid for Indosat as a primary service. Research on this service is important because the service contribution to the overall income both the National and West Java is high enough. Research approach to conduct this aspect of marketing communications or advertising, because I-Ring is very closely related to advertising. The result shows that the existing respondents consider that programs have been effective, with a value of 75% is considered good. Only on the 25% loss of communication has lost the majority of customers not interested in marketing communications program for the Indosat. Most of potential respondents did not use the I-Ring because it does not need, and the rest is stop because the price of the services expensive. On image analysis of Indosat service is also not much different result, tariffs, and clarity of information are attribute of perception that showing a far gap. Viewed in quadrant map the result not much different, problem of tariff is that the main problem that has to be fixed by Indosat.
Development of marketing communications programs based on the evaluation of all components IMC, the development follow the phases of IMC. Majority of the target audience is among students and college students, people said this area is sensitive to price that should make Indosat think about re-release price of the service. Determination of communication goals to see that the average respondent is not affected by advertising that is done because there Indosat influence from other parties. Designing a message to see that the majority of customers select the message, the message brought by the moral and artists. While the line of communication with the majority view of the election mediagraph behavior. Decision on the mixture of marketing communications to share the four groups, advertising, promotions, public relations and personal selling. Proposal given to the marketing communications program I-Ring is segmenting the market into several segment, also from potential customers. In each segment Indosat can make a communication program for making of the consumer loyalty, and increased use.

Keywords : marketing communication program, marketing communication, marketing, Integrated Marketing Communication, IMC, I-Ring, CRI.


PENDAHULUAN
Dalam mendukung fitur-fitur yang ditawarkannya, Indosat juga menawarkan value added service (VAS) yang berupa fitur-fitur pendukung untuk produk utama yang ditawarkan pada pelanggan. Salah satu VAS dari layanan Indosat adalah Indosat I-Ring, yaitu layanan yang menawarkan nada tunggu yang sifatnya personal dimana pengguna dapat dengan mudah mengganti nada tersebut sesuai dengan yang diinginkan.



Alasan-alasan menyangkut latar belakang diambilnya penelitian ini adalah:
1. Indosat belum pernah melakukan penelitian di bidang komunikasi pemasaran untuk produk Indosat I-Ring, sehingga evaluasi untuk komunikasi pemasaran produk ini perlu dilakukan,
2. Untuk menjaga kontribusi produk ini agar tetap tinggi, komunikasi pemasaran perlu dilakukan mengingat Indosat I-Ring sangat kental sekali dengan publisitas informasi.
3. Sebagai fungsi kontrol dari pemasaran produk yang efektif dan mengeliminasi pemasaran yang tidak efektif untuk Indosat I-Ring.

I-Ring sangat erat kaitannya dengan advertising, pendekatan yang digunakannya pun nantinya dapat mengukur tingkat keefektifan promosi yang dilakukan Indosat. Metode yang akan digunakan adalah konsep Integrated Marketing Communication (IMC) yang pada dasarnya konsep ini digunakan untuk meninjau tingkat keefektifan dari program marketing yang sudah dilakukan oleh Indosat dalam mempromosikan I-Ring yang nantinya akan dijadikan feedback dalam menyusun program marketing yang baru.

METODOLOGI PENELITIAN
Model Konseptual


Sistematika Pemecahan Masalah


PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer didapat melalui penyebaran kuesioner. Adapun kuesioner tersebut dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kusioner internal, kuesioner eksternal pelanggan eksisting dan kuesioner eksternal pelanggan potensial. Penyebaran kuesioner dilakukan berdasarkan quota sampling dan judgement sampling berdasarkan populasi penduduk Bandung per kecamatan.

Pengolahan Model Tanggapan
Ditunjukkan dengan diagram CRI berikut



Data diatas berasal dari responden eksisting I-Ring, dengan nilai CRI 75%, dianggap bahwa komunikasi pemasaran Indosat telah efektif.



data diatas berasal dari responden potensial I-Ring, dapat disimpulkan juga bahwa umumnya non-pengguna I-Ring telah yakin untuk menggunakan layanan I-Ring.

Crosstab dan Korelasi
Pengolahan ini melihat channel promosi mana yang banyak mempengaruhi pelanggan Indosat. Ditunjukkan bahwa umumnya pelanggan terpengaruh dari iklan di TV dan SMS Broadcast.
Diagram Ular (Semantic Differential Diagram)

Pada diagram ular menunjukkan bahwa perbedaan persepsi yang terbesar yang terjadi adalah pada atribut tarif dan kejelasan pemberian informasi.

Peta Kuadran
Ditunjukkan pada kuadran 1 bahwa pelanggan menganggap tarif yang diberikan Indosat masih terlalu mahal, sedangkan jumlah lagu, varietas lagu, dan proses registrasi adalah atribut yang harus Indosat pertahankan performansinya.



KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Program komunikasi yang telah dilakukan oleh Indosat dalam mempromosikan layanan I-Ring telah efektif, dengan nilai CRI yang ditunjukkan sebesar 75%. Responden menganggap iklan TV, Sms Broadcast dan Iklan di website menjadi faktor utama dalam mempengaruhi responden dalam memilih dari tiap tahapan CRI.
Sedangkan untuk responden potensial layanan ini menganggap program komunikasinya tidak terlalu baik, dengan nilai CRI sebesar 14%, tetapi tujuan dari pengukuran pada responden potensial memang lebih ditujukan untuk melihat prosentase tiap tahapannya, mayoritas responden telah aware dengan layanan I-Ring dan hingga tahap conviction mayoritas responden pun telah yakin untuk menggunanakan layanan ini. Hanya jika dilihat dari alasan untuk tidak menggunakan atau berhenti menggunakan layanan ini, responden lebih banyak memilih soal ketidakbutuhan layanan dan masalah harga. Mayoritas responden kalangan ini memilih bahwa mereka terpengaruh dari iklan TV, Radio dan SMS broadcast untuk memilih tiap tahapan CRI.

2. Dilihat juga dari standar deviasi nilai pada pencitraan yang diberikan oleh Indosat bahwa Indosat sendiri masih tidak seragam dalam mengkomunikasikan pencitraan yang akan dibuat oleh Indosat, akibatnya informasi yang sampai ke benak responden menjadi berbeda.
Dilihat dari peta kuadrannya, Indosat memiliki masalah pada tarif, seperti yang telah dijelaskan pada Bab V, bahwa tarif yang diberikan oleh Indosat untuk mempromosikan I-Ring masih dianggap terlalu mahal. Jika dibandingkan dengan kompetitornya, ambil saja NSP dari Telkomsel, yang memberikan harga minimal Rp. 3000 untuk layanan NSPnya, dengan masa aktif sama dengan I-Ring. Ini membuat preferensi pelanggan semakin kuat bahwa I-Ring memang mahal.

3. Pengembangan program komunikasi berdasarkan tahapan pada Integrated Marketing Communication (IMC), menyimpulkan variabel-variabel yang menjadi faktor-faktor seperti yang telah dijelaskan di bab III.
Audiens sasaran I-Ring adalah kalangan price sensitive, tujuan komunikasi I-Ring adalah komunikasi dari segi konten yang dimiliki juga dari fitur-fitur yang menunjang konten tersebut, setelah itu dirancang pesan dengan membuat komunikasi yang kreatif, dan pemilihan media pengkomunikasian pesan tersebut, yang akhirnya dibuat keputusan berdasarkan media-media tersebut.

a. Mengenal audiens sasaran, responden I-Ring mayoritas adalah kalangan pelajar, dan kalangan usia produktif. Kalangan ini memiliki kultur yang sensitif terhadap harga, sehingga Indosat dalam mengkomunikasikan layanan apapun pada kalangan ini hendaknya lebih memperhatikan masalah akses terhapa harga yang diberikan, selain dari kebutuhan akan penggunaan fitur sendiri.

b. Menentukan tujuan, permasalahan pada responden eksisting adalah karena pelaggan tidak tertarik program promosi yang dilakukan, sehingga usulan yang diberikan pada Indosat untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat iklan tersebut sekreatif mungkin, karena seperti yang dijelaskan pada bab 2 bahwa membuat komunikasi pemasaran bukan hanya sesaat saja, tetapi itu juga membantu pelanggan agar tetap loyal untuk menggunakan Indosat. Strategi-strategi yang dikemukakan pada bab 2, dapat dilakukan oleh Indosat untuk membuat iklan yang kreatif.
Sedangkan permasalahan yang ada pada responden potensial ketika tidak menggunakan atau berhenti menggunakan layanan I-Ring adalah karena faktor ketidakbutuhan dan masalah harga yang masih mahal.

c. Merancang pesan, mayoritas responden eksisting memilih pesan singkat atau cerita pendek. Pesan yang ditampilkan sebaiknya menampilkan juga pesan moral dengan sumber pesan dari artis. Sedangkan pada responden potensial pun memilih cerita pendek, dengan format pesan yang cenderung sama, dengan sumber ahli atau penyanyi.
Jika dilihat dari pemilihan ini, responden mungkin teredukasi dari iklan mentari atau IM3 yang baru-baru ini ditayangkan di tv, mengingat pesan tersebut berbentuk cerita pendek, tetapi isinya mengenai apa yang sedang dipromosikan oleh Indosat sekarang ini. Untuk menjaga awareness I-Ring, Indosat juga dapat mengikuti bentuk ide seperti itu, yang menonjolkan juga perbaikan dari I-Ring, sehingga responden potensial menjadi lebih tertarik.

d. Memilih saluran komunikasi, pemilihan saluran komunikasi meliputi pilihan dari responden akan perilaku mediagrafi. Pada responden eksisting, mayoritas sering membaca koran Pikiran Rakyat, dengan menonton Trans TV pada waktu malam (21.00-21.59), mendengarkan radio OZ pada waktu pagi hari (05.00-08.59), dan menggunakan internet kurang dari seminggu sekali dan umumnya membuka facebok atau friendster. Sedangkan responden potensial lebih memilih membaca Media Indonesia, dengan menonton Trans TV pada waktu prime time (19.30-20.59), mendengarkan radio 99ers atau Rase FM pada waktu pagi hari (05.00-08.59), dan menggunakan internet setiap hari dengan membuka situs facebook.

e. Membuat Keputusan Bauran Komunikasi Pemasaran
- Periklanan, semua jenis media elektronik terbukti jadi faktor utama bagi periklanan yang telah dilakukan oleh Indosat. Seperti yang dijelaskan pada bab V, bahwa faktor periklanan yang mempengaruhi antara lain Iklan TV, Radio, dan website.
- Promosi Penjualan, media promosi penjualan dirasakan kurang, promosi penjualan dilakukan dengan Outdoor Promotion dan pojok I-Ring di gallery Indosat. Cara Indosat memang sudah benar, hanya saja media yang digunanakan mungkin kurang banyak. Indosat juga dinilai sudah kreatif dengan membuat I-Ring Mobile.
- Hubungan Masyarakat, pada media ini lebih banyak mempengaruhi untuk menggunakan layanan I-Ring, karena segmen yang dituju adalah segmen utama dari I-Ring yaitu kalangan pelajar. Indosat juga sebaiknya lebih menggalakkan acara-acara semacam ini, mengingat sekarang-sekarang ini marak dengan acara audisi band yang secara tidak langsung mempromosikan produk/layanan yang ditawarkan penyedia.
- Penjualan Personal, pada media ini sebenarnya sangat berpengaruh kepada proses ketertarikan pada I-Ring, karena media yang diberikan langsung bersifat personal sehingga pelanggan mengetahui jika adanya promosi-promosi baru yang dilakukan Indosat.

Saran
Dirangkum dari keseluruhan proses pengembangan program komunikasi dengan menggunakan IMC, diberikan rekomendasi kepada Indosat mengenai komunikasi pemasarannya:
1. Indosat dapat lebih mengkomunikasikan ide tentang tarif bahwa tarif yang telah diberikan indosat murah. Hal yang lebih baik lagi, Indosat juga dapat melakukan penyesuaian tarif dengan sesuai yang pelanggan inginkan.

2. Indosat juga dapat memberikan informasi mengenai standar operasi yang ada pada layanan call center Indosat, bahwa layanan pada call center tersebut telah lebih baik.

3. Indosat dapat juga menerapkan prosedur komunikasi pada satuan kerja VAS di Indosat. Ini dilakukan agar penyampaian komunikasi dari Indosat ke pelanggan menjadi jelas.

4. Untuk meyiasati pelanggan potensial yang belum pernah menggunakan Indosat. Indosat dapat lebih gencar mempromosikan I-Ring, sehingga membuat pelanggan yang tidak butuh menjadi tertarik untuk menggunakan layanan I-Ring.

5. Indosat dapat meneruskan kreatifitas iklannya seperti yang telah dilakukan pada periklanan di televisi dengan membuat cerita bersambung. Tetapi Indosat juga harus mensisipi layanan VAS pada periklanan tersebut, sehingga secara tidak langsung Indosat dapat merangsang pelanggan yang menonton iklan tersebut.

6. Untuk periklanan pada media internet, Indosat dapat memasukkan iklannya ke situs-situs social community yang sedang banyak diminati oleh kalangan muda sekarang ini. Situs-situs seperti facebook, friendster dan multiply dapat dijadikan sarana periklanan bagi Indosat. Tidak hanya I-Ring, layanan lainnya pun dapat dikomersilkan disini.

Dirangkum juga dari penjelasan diatas dan pada usulan segmentasi pada bab IV, Indosat dapat melakukan konten-konten promosi antara lain:
1. Pemotongan harga atau price bundling pada nada sambung dan aktivasi layanan.

2. Penambahan konten lagu, seperti RnB atau jenis-jenis musik yang sedang marak digemari oleh kalangan pelajar saat ini.

3. Mixing nada sambung, dimana pelanggan memilih nada sambungnya yang kemudian nada sambung yang sekarang dengan yang sebelum atau setelahnya berbeda-beda.

4. Membuat bundling nada sambung pada event-event tertentu, seperti pada valentine, Hari Raya, Hari Kemerdekaan, dan lainnya. Dapat juga dilakukan pemilahan genre-genre nada sambung, sehingga pengelompokan nada menjadi lebih variatif.

5. Bundling juga dilakukan pada top ten chart sehingga pelanggan dengan kemampuan finansial terbatas dan yang menyukai lagu-lagu baru yang bagus dapat ter-cover

6. Pemberian kupon undian atau hadiah langsung berbentuk voucher pulsa atau dapat dibentuk menjadi poin seperti pada telkomsel poin, pada pelanggan yang tidak pernah memakai I-Ring

7. Indosat juga dapat melakukan promosi pada media-media elektronik dengan membuat acara khusus mengenai Indosat, dimana Indosat dapat mempromosikan secara keseluruhan produknya beserta VAS-nya.

8. Indosat juga dapat memperluas segmen ke majalah-majalah remaja yang saat ini populer, seperti GoGirl, Gadis, Kawanku. Dan juga frekuentif di koran yang dilakukan seminggu sekali.

9. Indosat juga dapat lebih menggencarkan promosi untuk I-Ring Corporate. Dimana I-Ring Corporate ini memiliki pelanggan yaitu perusahaan. Indosat dapat dengan kreatif membuatkan nada sambung mengenai jargon-jargon yang ada di perusahaan untuk dijadikan nada sambung. Secara bisnis hal seperti ini dapat secara drastis menaikkan angka pengguna layanan, juga keuntungan yang di dapat oleh Indosat sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
  • Blackwell, Roger D, 1985, “Integrated Marketing Cmmunications”. Simposium Stellner, University Of Illnois.,
  • Cravens, David W., 1998, “Pemasaran Strategis Edisi Keempat”, Jakarta: Penerbit Erlangga.
  • Freddy Rangkuti, 2006, “Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan & Analisa Kasus PLN-JP”, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  • Kotler, Philip. 1998. “Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol (Edisi Revisi)”. Jilid 2. Jakarta: Prenhallindo.
  • Kotler, Philip. 1998. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol (Edisi Revisi ). Jilid 1. Jakarta: Prenhallindo.
  • Lestari, Cita Nurani, 2008, “Determinants Of Customer Behavioral Intention To Use Third Generation Mobile Services (Case Study: It Telkom’s Students)”, Tugas Akhir. Bandung: IT Telkom.
  • Nursyanti, Yevita, 2008, “Pengembangan Program Komunikasi Pemasaran Telkom Flexi dengan Menggunakan Konsep Integrated Marketing Communication (IMC) (studi kasus PT.Telkom Padang”, Tugas Akhir, Bandung:STT Telkom
  • Pawitasari, Dewa Ayu, 2006, “Pengembangan Program Komunikasi Pemasaran Telkomflexi Bandung Menggunakan Konsep Integrated Marketing Communication (IMC)”, Tugas Akhir. Bandung: STT Telkom.
  • Rd. Doemanagara, 2008, “StrategicMarketing Communication: Konsep Strategis dan Terapan”, Bandung: CV Alfabeta.
  • Santoso, Singgih. 2003. “Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 11.5”. Jakarta: Elex Media Komputindo.
  • Simamora, Bilson. 2004. “Panduan Riset Perilaku Konsumen”, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Simamora, Bilson. 2004. “Riset Pemasaran, Falsafah, Teori dan aplikasi”, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Shimp, Terence A. 2003. “Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu,” Jilid 1. Jakarta: Erlangga